“Sediakan cincin untuk acara besok, abah ga mau tahu gimana caranya, pokoknya besok harus sudah ada” Begitu tiba-tiba abah ngomong ke saya suatu sore di masa yang lalu, saat mau mengadakan lamaran ke mantan pacar.
Saya pun terbingung-bingung, terkaget-kaget. Apa beliau tak sadar, jangankan mikir beli emas, untuk sekedar bisa bertahan hidup pun, anaknya ini sering harus tawakal aja sepanjang hari hihi.
Dan itu mendadak aja gitu, saya jadi berkhayal punya jin dalam botol yang bisa mengabulkan permintaan saya dalam sekejap.
Tapi the show must go on, demi masa depan, jalan apapun harus ditempuh demi seutas emas sederhana buat calon permaisuri. Dan idepun tiba-tiba muncul, seakan ada bohlam lampu yang berpendar menyala-nyala di dalam otak.
Satu kata yang terpikir : teman !
Bersyukurlah saya dimanapun, selalu bertemu dan berkenalan dengan teman-teman yang baik dan pengertian. Kali ini pun saya mendatangi tiga orang teman saya untuk urunan demi masa depan kawannya yang keren ini.
Dan syukurlah mereka mau meminjamkan sebagian hartanya demi kesenangan dan masa depan temannya yang saat itu belumlah kaya raya, dengan janji akan mengembalikan pinjaman tanpa bunga, sebisanya tanpa batas waktu yang jelas.
Seakan waktu berjalan begitu cepat, besoknya semua berjalan lancar, dan untunglah semua orang tak pernah tau sejarah cincin bersejarah penuh perjuangan itu.
Tapi saya masih saja mikir, kenapa toh kalo ngelamar perempuan itu harus pake cincin dari emas. *nangis*
:))
Leave a Reply